Senin, 12 November 2012

Operasikan UAV dengan Sistem CLRE

 

Angkatan Laut AS telah mengembangkan sebuah sistem yang lebih kompak agar bisa mengoperasikan UAV (Unmanned Aerial Vehicle) Scan Eagle dari kapal perang kecil. Adalah sistem Compact Launch and Recovery System (CLRE) yang mampu meluncurkan Scan Eagle dengan semburan udara terkompresi dan mendarat dengan menggunakan kait pada sayap yang menangkap kawat di atas kapal.

Sesuatu seperti sistem CLRE sangat diperlukan oleh pelanggar ekspor yang menggunakan UAV Scan Eagle pada kapal yang kecil atau yang lebih kecil lagi. Sebagai contoh, awal tahun ini Singapura mulai mengoperasikan UAV Scan EAgle dari korvet 600 ton kelas Victory mereka. Hal ini cukup menarik karena Scan EAgle memiliki berat 40 pon (19 kg), lebar sayap 10 kaki (3,2 m), dan menggunakan video kamera siang dan malam hari.


Sebelum ada sistem CLRE, diperlukan daya lontar yang besar untuk menerbangkan UAV ini dari atas kapal kecil. Beberapa calon pelanggan juga menginginkan UAV yang lebih kecil yang dapat dioperasikan di kapal yang lebih kecil atau bahkan kendaraan pribadi. CLRE lebih kecil dan lebih fleksibel daripada sistem peluncuran dan pendaratan terpisah saat ini dan dapat dioperasikan pada kapal yang lebih kecil dibandingkan dengan sistem yang ada saat ini.


Scan Eagle dapat tetap di udara selama 15 jam dan terbang setinggi 16.000 kaki (5 km). Kecepatan jelajah Scan Eagle adalah 110 km/jam. UAV ini dilengkapi dengan sistem optik yang stabil untuk tetap menjaga fokus kamera di saat UAV sedang bergerak. Scan Eagle setidaknya masih dapat dikendalikan dari jarak 100 kilometer dari kontroller darat.


Scan Eagle diluncurkan dari sebuah "ketapel" dan mendarat dengan
wing hook (kait sayap). Ini memungkinkan untuk mengoperasikan UAV ini di landasan helikopter  dan di buritan (belakang) dari sebuah kapal perang. Harga per unit dari Scan Eagle sekitar 100.000 dolar AS dan banyak digunakan oleh penangkap ikan komesial, survei laut, kapal penelitian serta organisasi militer di beberapa negara. Scan Eagle telah terbang selama satu dekade dan telah digunakan dalam kedinasan militer sejak tahun 2005.

Enam Korvet kelas Victory Singapura mulai beroperasi pada akhir tahun 1980-an. Sebanyak 49 awak mengoperasikan navigasi, radar pencari, serta sonar. Kapal-kapal korvet ini dipersenjatai dengan meriam 76 mm, delapan rudal anti-kapal, 16 rudal jarak pendek anti-pesawat, enam torpedo anti-kapal selam, dan empat senapan mesin 12,7 mm. Kecepatan maksimalnya 69 km/jam, sedangkan kecepatan jelajahnya 33 km/jam. Daya tahan kapal adalah 9 hari untuk kecepatan jelajah.


Singapura yang merupakan negara kecil di Selat Malaka dengan wilayah laut yang kecil pula, tidak memerlukan kapal perang yang berjarak tempuh jauh. Pengoperasian UAV Scan Eagle menjadikan korvet kecil ini lebih tangguh untuk ukuran kapal sekelasnya. Beberapa negara lain menginginkan hal yang sama namun ingin menggunakannya dari kapal yang lebih kecil dari korvet kelas Victory.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar