Minggu, 28 Oktober 2012

 
Kapal selam nuklir strategis kelas Borey akan segera ditugaskan Angkatan Laut Rusia pada tahun 2013. Adalah Yuri Dolgoruky, kapal selam ini direncanakan akan segera bergabung dengan Angkatan Laut Rusia pada akhir tahun ini, namun tes yang dilakukan selama uji coba laut terbaru menunjukkan sejumlah kelemahan teknis pada kapal selam ini.
 
Kelemahan terdapat pada sistem onboard senjata utama kapal selam ini yaitu sistem kontrol peluncuran tembak rudal Bulava. Software Glitches di dalam sistem kontrol peluncuran rudal balistik Bulava  otomatis sedikit bermasalah.

Kapal selam kedua kelas Borey, Nevsky Alexander, bisa diharapkan bergabung dengan Armada pasifik Rusia pada tahun 2014, kata Menteri Pertahanan Rusia Anatoly Serdyukov. Kapal selam kelas Borey akan menjadi bagian inti dari armada kapal selam strategis Rusia, menggantikan kapal selam tua dari Proyek 941 (Kode NATO kelas Typhoon) dan kapal selam Proyek 667 (Delta-3 dan Delta-4). Rusia berencana untuk membangun delapan kapal selam kelas Borey dan Borey-A pada tahun 2020.
 

Dua kapal selam kelas Borey saat ini sedang dibangun di galangan kapal Sevmash di kota pelabuhan White Sea kota Severodvinsk. Kapal selam nuklir strategis kelas Borey memiliki panjang 580 kaki (170 meter), diameter 42 kaki (13 meter), total kru 107 termasuk 55 perwira, kedalaman selam maksimum 1.500 kaki (450 meter), kecepatan selam sekitar 29 knot dan kecepatan penuh sekitar 29 knot.

Semua kapal selam strategis kelas Borey akan dipersenjatai dengan rudal balistik Bulava, sampai dengan 16 rudal balistik dengan hulu ledak ganda.
 
 
Pesawat latih lanjut T-50 Golden Eagle pesanan Indonesia telah mulai diproduksi di pabrik Korea Aerospace Industry (KAI) Korea Selatan. Indonesia merupakan negara pertama diluar Korea yang memilih pesawat hasil rancangan KAI-Lockheed Martin ini.

Pada 12 April 2011 Indonesia telah memilih pesawat latih lanjut T-50 Golden Eagle untuk menggantikan pesawat Hawk Mk-53 yang sudah menua. Pada saat itu T-50 berhasil menyingkirkan pesaingnya yaitu Yak-130 buatan Rusia dan L-159B buatan Ceko.

Nilai kontrak senilai 400 juta USD telah ditanda-tangani pada 25 Mei 2011 untuk pengadaan 16 pesawat T-50 atau satu senilai skadron udara. Tipe pesawat yang dipilih Indonesia adalah yang mampu membawa persenjataan, meskipun secara spesifik tidak disebut sebagai T/A-50. Penyerahan pesawat tersebut rencananya akan dilakukan pada tahun 2013.

Pada gambar diatas tampak bodi pesawat dengan nomor TT5003, dalam penomoran standar TNI AU maka berarti pesawat ini akan masuk dalam skadron Tempur Taktis, sedangkan  angka 5003 menunjukkan jenis pesawat T-50 dengan angka urut nomor 3.

Dalam negosiasi jual beli, sempat  muncul beberapa opsi, diantaranya adalah opsi counter-purchase dengan pesawat angkut CN-235 atau reassemble pesawat T-50 ini di PT Dirgantara Indonesia, namun belum jelas opsi mana akhirnya yang dituangkan dalam kontrak.